Jumat, 16 Oktober 2009

ada san siro di kotaku

di kota ini adalah lukisan sebenarnya sebagian perjalananku,ada tawa ,duka dan semua bersatu sperti ketoprak yang kujadikan jendela hidupku.di kota ini adalah seutuhnya yang menjadi darah di setiap nadiku menawarkan perjuangan yang harus kuhadapi.jika kita beranjak dari tempat tidur kita dan menanti sang mentari mengepakkan sayapnya maka hal itulah yang terindah bagiku dengan segelas susu dan segudang harapan menuju menara yang tinggi yang kusebut masa depan.
semalam ada mimpi yang terwujud tapi kita harus memiliki mimpi karena mimpi yangkan menyelamatkan walau kadang tak seperti yang kita inginkan tetapi jika kita bangkit dari kekalahan kita akan menang karena TUHAN juga senang umat yang tak gampang menyerah
aku di besarkan disini tepatnya di BDB.tetapi ada hal yang sangat aku senang ketika aku masih ada di sini.sebagian waktu kuhabiskan di SAN SIRO bermain bola,mengolah kulit bundar dan bertaruh demi harga diri dan uang jajan tersirat ada tawa,luka dan itulah yang terbaik bersama teman-teman yang menjadi kenangan terindah bagiku.di sini andrenalin berpacu dengan mental yang melahirkan jiwa yang pemberani membangun naluri untuk bertanggung jawab dan membersihkan jiwa dari racun dunia bermimpi membela bangsa di senayan dan menanti keajaiban kecil itulah mimpi yang sesungguhnya .aku kalah ketika waktu itu memperkosaku dengan materi karena pada saat itu sepek bola olah raga yang sangat mahal dan kami adalah anak-anak terpinggirkan yang berpacu dengan mentari untuk melawan harapan dan tertidur baralaskan sebuah keangkuhan bangsa ini.
SAN SIRO aku rindu kamu,meski aku tahu engkau tak semegah seperti di milano,engkau hanyalah sebuah lapangan sekolah di lorong 23 jalan perwira di mana aku SD juga menuntut ilmu di situ tetapi engkaulah yang terbaik diantara bangunan yang ada di kota ini.engkaulah sejarah ketika aku sperti VIERI bernomor 32 mencetak gol ke gawang yang kadang kakiku harus bertarung dengan batu-batu penghunimu sesungguhnya dan bentuk tubuhmu tak seperti lapangan bola engkau layaknya hanya tanah gersang menawan anak-anak seusiaku yang belum mengenal angkuhnya sang waktu tapi engkaulah yang melukiskan kami apa arti dari perjuangan,mengajarkan kami semangat kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar