Ah .... sungguh "rahim" Minangkabau pantas berbahagia. Minangkabau yang egaliter mampu melahirkan figur-figur avant garde dalam sejarah pergerakan Indonesia yang tak-lah seragam seumpama Tan Malaka, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Mereka bertiga ini didaulat sebagai bagian dari Bapak Revolusi Indonesia selain Soekarno.
Tan
Malaka yang dari Pandan Gadang, Hatta dari Batuhampar dan Syahrir yang juga
kakak Rohana Koedoes dari Koto Gadang ini sama-sama egois. Selalu berselisih
paham tentang bagaimana memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Mrazek
pernah menarasikan bagaimana "egoisme ideologis" mereka bertiga
ketika diskusi mengenai "arah masa depan" republik tercinta.
Berawal
di Berlin Jerman, di rumah salah seorang dedengkot komunis Hindia Belanda pada
tahun 1920-an, Darsono namanya. Di rumah Darsono ini, tiga anak muda bertemu
dan berdebat panas. Mohammad Hatta sengaja datang dari Belanda. Tan Malaka
juga. Tan berapi-api menjelaskan komunisme yang dasarnya demokrasi tulen.
”Bukankah komunisme itu mengesahkan diktator, Bung? Karl Marx menyebut diktator
proletariat,”
Hatta,
20 tahun, menyela. ”Itu hanya ada pada masa peralihan,” Tan menukas. Dia
melanjutkan, ”Peralihan kekuasaan kapitalis ke tangan masyarakat. Kaum buruh
merintis jalan ke arah sosialisme dan komunisme yang terselenggara untuk orang
banyak di bawah pimpinan badan-badan masyarakat. Jadi bukan diktator
orang-seorang.”
Dalam bukunya "Memoir", Mohammad
Hatta menceritakan kembali percakapan itu. Dalam buku itu Hatta setuju pada
pandangan Tan, yang lebih tua tujuh tahun. Bahkan ia mengomentarinya: jika
begitu Tan pasti tak setuju dengan cara otoriter Joseph Stalin memimpin Rusia.
Dan itulah perseteruan ideologis duo
Minang ini. Hatta sangat menentang komunisme. Ia menganjurkan koperasi dalam
menegakkan ekonomi Indonesia. Sebaliknya, Tan percaya, jika digabung, Pan-Islamisme
dan komunisme bisa menjadikan Indonesia digdaya. Hatta dan Tansudah seperti
musuh.
Hatta buka kartu kenapa ia selalu curiga dan menentang Tan. Hatta menganggap Tan selalu meremehkannya. ”Dia selalu menganggap kami (Soekarno-Hatta) anak ingusan,” katanya. Hatta, sebetulnya sudah tak senang kepada Tan sejak di Amsterdam. Pada 1927, setahun setelah ”pemberontakan” Partai Komunis Indonesia yang gagal, Hatta meminta tokoh-tokoh komunis menyerahkan pimpinan revolusi kepada tokoh nasionalis. Berbeda dengan Semaun, Ketua PKI, yang langsung teken ketika disodori deklarasi itu, Tan menolak. Penolakan itulah yang ditafsirkan Hatta sewaktu berbicara dengan Soekarno sebagai sikap sentimen Tan kepadanya. Padahal, Tan Malaka hanyalah berpandangan bahwa pemimpin revolusi tak boleh dipegang orang selain komunis.
Perbedaan
itu melekat hingga Indonesia merdeka. Pada 23 September 1945, sebuah rapat
digelar di rumah Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo. Hatta menawari Tan ikut
dalam pemerintahan. ”Tidak, dua (Soekarno-Hatta) sudah tepat. Saya bantu dari
belakang saja,” kata Tan. Hatta menganggap penolakan itu sebagai keengganan
senior dipimpin orang yang lebih muda. Tak mengherankan ketika Soekarno
keceplosan membuat testamen lisan yang isinya akan menyerahkan kekuasaan kepada
Tan jika ia ditangkap sekutu, Hatta menolaknya. Ia menambah tiga nama: Sjahrir,
Iwa Koesoema Soemantri, dan Wongsonegoro. ”Agar mewakili semua kelompok,”
katanya.
Selain dengan Hatta, Tan Malaka juga berselisih paham dengan Sutan Sjahrir, yang juga berasal dari Minang. Menurut Adam Malik dalam Mengabdi Republik (1978), pada awal-awal kemerdekaan Sjahrir menolak bergabung dengan pemerintahan karena belum yakin masyarakat Indonesia menerima sepenuhnya proklamasi Soekarno-Hatta. Setelah yakin Indonesia merdeka secara de jure, Sjahrir—yang menganut ideologi sosial-demokrat—ikut mempertahankan dengan cara yang berbeda.
Ketika
Belanda akan kembali menghidupkan pemerintah jajahan Hindia, ia ”merapat” ke
kubu Inggris-Amerika sebagai ”penguasa” baru nusantara. Sekutu memilih Sjahrir
sebagai juru runding karena menganggap ”Bung Kecil” itu berpikiran modern dan
disukai Belanda. Sjahrir kemudian gencar mengampanyekan politik diplomasi.
Dalam kampanyenya, seperti tertuang dalam pamflet Perjuangan Kita, Sjahrir
telak-telak menyatakan akan menyingkirkan semua kolaborator Jepang. Tentu saja
ini menohok Soekarno-Hatta. Juga Jenderal Soedirman sebagai salah satu pemimpin
tentara Pasukan Pembela Tanah Air (Peta) bentukan Jepang.
Perselisihan
makin runcing ketika Sjahrir menjadi perdana menteri dan mengubah sistem
politik dari presidensial menjadi parlementer. Praktis ia dan Amir Syarifuddin
yang berkuasa. Meski tak banyak komentar lisan, dalam Demokrasi Kita, Wakil
Presiden Hatta mengecam perubahan itu. ”Kabinet parlementer tak bisa
bertanggung jawab sesuai dengan fungsinya,” katanya.
Jenderal
Soedirman lebih jengkel lagi. Ia pun merapat ke kubu Tan Malaka yang sudah
lebih dulu menentang ide Sjahrir. Maka, pada akhir medio 1940, muncul tiga
dwitunggal yang punya jalan masing-masing menghadapi politik pecah belah
Belanda: Soekarno-Hatta, Sjahrir-Amir, dan Soedirman-Tan Malaka. ”Jika ulah
Sjahrir itu makin mengancam persatuan kita, saya tak segan mengambil
kebijaksaan sendiri,” kata Soedirman kepada Adam Malik.
Soedirman
dan Tan Malaka lalu mengumpulkan seluruh elemen politik di Purwokerto, Jawa
Tengah. Pertemuan ini menghasilkan faksi Persatuan Perjuangan yang kongresnya
dihadiri 141 wakil pelbagai kubu.
Dalam
silang-sengkarut itu muncul orang Minang lain yang terkenal sebagai
politisi-cum-sejarawan: Muhammad Yamin. Ia aktif di Persatuan, tapi sering
jalan dengan sikapnya sendiri. Tanpa konsultasi dengan pimpinan Persatuan,
Yamin gencar mengkritik secara terbuka politik diplomasi Sjahrir. Sikap frontal
Yamin ini kian memanaskan situasi yang berakhir dengan mundurnya Sjahrir dari
kursi perdana menteri pada 28 Februari 1946. Situasi adem itu tak berlangsung
lama.
Tak
lama kemudian Soekarno kembali menunjuk Sjahrir melanjutkan diplomasi.
Keputusan ini membuat kubu Soedirman-Tan kembali meradang. Saking marahnya,
para pemuda Persatuan sempat menembaki mobil Menteri Pertahanan Amir
Syarifuddin yang akan masuk Istana Negara. Bahkan saling tangkap pun terjadi.
Amir memerintahkan tentara menangkap Tan dan tokoh Persatuan lain. Soedirman
membalasnya dengan memerintahkan pasukan Peta menangkap Sjahrir. Kedua kubu
sama-sama membebaskan sandera ketika Soekarno turun tangan. Tapi konflik tak
begitu saja reda, sehingga Tan terbunuh di Kediri pada Februari 1949.
Sejarawan
Harry A. Poeze berpendapat, perbedaan trio Minang itu karena mereka lahir dari
lingkungan yang berbeda, meski sama-sama belajar Marxisme dan mendapat
pendidikan Belanda. Secara adat, Tan seorang raja tapi miskin secara ekonomi,
sedangkan Hatta-Sjahrir kelas menengah secara ekonomi. Tan orang udik, Hatta
dari Bukittinggi dan Sjahrir dari Padangpanjang dari keluarga pedagang. Meski
sama-sama dibuang, Hatta-Sjahrir masih menerima penghasilan. Sedangkan Tan tak
punya pendapatan pasti dalam pelarian, hidupnya susah, dan ia berteman dengan
penyakit, bahkan bergaul dengan romusha di Banten Selatan.
Pasase
hidup yang membuatnya kian mantap menjadi Marxis dimulai ketika mengajar di
sebuah perusahaan perkebunan Belanda di Deli. Ia melihat langsung bagaimana
orang sebangsanya ditindas menjalani kuli kontrak. Berbeda dengan Hatta,
kendati sering berseberangan, hubungan pribadi Tan dengan Sjahrir relatif
bagus. Menurut Poeze, Sjahrir pernah dua kali menawari seniornya itu memimpin
Partai Sosialis Indonesia. Seperti biasa, Tan menolak. (dikutip dari www.ilhamfadli.blogspot.com)
Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www , SmsQQ , com
BalasHapusKeunggulan dari smsqq adalah
*Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
*Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
*Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
*Bonus Setiap Hari Dibagikan
*Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
*Bonus referral 10% + 10%
*Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
*Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )
Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
bosku minat daftar langsung aja bosku^^